Sumba Times – Ketua Umum Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (KPTIK), Dedi Yudianto menilai kekhawatiran kelompok penyedia jasa internet lokal atas masuknya Starlink ke Indonesia cukup berlebihan. Faktanya, kata dia, fiber optik dan wireless tidak bisa disamakan dengan operator satelit.
Pernyataan itu disampaikan Dedi Yudianto menanggapi beragam komentar miring dari sejumlah pihak atas kehadiran Starlink di Indonesia.
Sebagai pakar teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang menggeluti bisnis Internet Service Provider (ISP) selama lebih dari 20 tahun, Dedi justru mengapresiasi kehadiran bisnis internet berbasis satelit milik konglomerat Elon Musk tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kehadiran Starlink di Indonesia, menurutnya, justru mendukung aktivitas warga yang tinggal di daerah 3T atau daerah yang tertinggal, terdepan, dan terluar yang tidak tercover fiber optik dan wireless.
“Jadi, tidak ada alasan untuk khawatir berlebihan, kehadiran Starlink justru sangat membantu warga yang tinggal di daerah 3T. Akses internet di pulau terluar Indonesia justru makin terjangkau, selain kapasitas dan kecepatannya melebihi satelit operator lama, harga peralatannya juga jauh lebih murah,” kata Dedi, yang juga merupakan Inisiator Warkop Digital & CEO Cybers Group.
Dedi pun menerangkan perbandingannya, jika internet yang ditawarkan perusahaan satelit yang ada hanya bermain di sekitar 1-10 megabit upload dan 10-50 megabit download.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Tajukflores.com. Mari bergabung di Channel Telegram "Tajukflores.com", caranya klik link https://t.me/tajukflores, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Penulis : MG
Editor : MG
Halaman : 1 2 Selanjutnya